Harga Satu Sak Semen di Papua Rp 1 Juta, Rp 900 Ribu untuk Biaya Transportasi - Harga semen di Papua lebih mahal daripada di Pulau Jawa. Bahkan di pedalaman seperti Wamena harga satu sak semen bisa mencapai Rp 1 juta lebih. Penyebabnya karena mahalnya biaya transportasi untuk bisa masuk ke daerah tersebut.
Sekertaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Agung Wiharto mengatakan 20 persen harga semen merupakan biaya transportasi sedangkan untuk transportasi dari Pulau Jawa ke Papua membuat harga satu sak semen lebih mahal.
"Harga di Jayapura Rp 70 ribu, di Jawa Rp 55 ribu sampai Rp 60 ribu. Selisih tidak besar hanya Rp 10 ribuan itu untuk transportasi," kata Agung kepada detikcom di kantor Semen Gresik, Jawa Timur, Sabtu (1/11/2014).
Harga yang terpaut Rp 10 ribu itu hanya berlaku di sekitar Jayapura, namun jika dibawa ke pedalaman seperti Wamena, harganya akan melejit naik hingga lebih dari Rp 1 juta per sak. Hal tersebut karena alat transportasi yang menjangkau pedalaman hanya lewat udara.
"Kalau dibawa ke Wamena harganya sampai Rp 1 juta, itu Rp 900 ribu dari ongkos pesawat," tandasnya.
Saat ini PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sudah memiliki Packing Plant di Sorong untuk menekan harga di Papua. Rencananya selain tempat pengemasan semen yang hanya satu-satunya di Papua itu, lanjut Agung, pihaknya juga berencana membangun pabrik.
"Kami memikirkan mendirikan pabrik untuk memangkas biaya transportasi. Kami sedang sruvei, kami bekerjasama dengan Pemda di sana terutama Bupati Jayapura dan Sorong," jelasnya.
Pabrik Semen Indonesia tersebut direncanakan dibangun di dekat laut
dengan kapasitas produksi 1 juta ton per tahun. Sementara itu nilai
ekonomis semen di Papua mencapai 600 ribu ton semen per tahun dan pangsa
pasar dari PT Semen Indonesia sendiri mencapai 67 persen.
"Dari 600 ribu ton itu pangsa pasar kami 67 persen karena di sana ada semen lain. Sisanya nanti bisa diekspor ke Australia, Papua Nugini, dan lainnya," tegasnya.
Namun walaupun ada pabrik semen di Papua, tetap saja untuk daerah pedalaman harganya tidak berkurang jauh jika infrastruktur berupa akses jalan ke pedalaman masih sulit. "Tetapi dengan posisi pabrik di Jayapura misalkan, kalau ke Wamena pakai pesawat, tetap saja mahal," katanya.
Terkait lokasi pasti pembangunan pabrik di Papua, hingga kini PT Semen Indonesia masih melakukan survei sehingga belum bisa dipastikan kapan pembangunan akan dimulai.
"Yang sulit di sana itu ada tanah adat. Kedua infrastruktur, kita harus bawa peralatan. Kita biasanya pilih daerah dekat pantai karena transportasi murah dekat laut. Untuk kapannya (mulai pembangunan) nanti lihat hasil survei dan kondisi keuangan dan demand Papua serta Indonesia," pungkasnya. (Angling Adhitya Purbaya/detikNews)
"Dari 600 ribu ton itu pangsa pasar kami 67 persen karena di sana ada semen lain. Sisanya nanti bisa diekspor ke Australia, Papua Nugini, dan lainnya," tegasnya.
Namun walaupun ada pabrik semen di Papua, tetap saja untuk daerah pedalaman harganya tidak berkurang jauh jika infrastruktur berupa akses jalan ke pedalaman masih sulit. "Tetapi dengan posisi pabrik di Jayapura misalkan, kalau ke Wamena pakai pesawat, tetap saja mahal," katanya.
Terkait lokasi pasti pembangunan pabrik di Papua, hingga kini PT Semen Indonesia masih melakukan survei sehingga belum bisa dipastikan kapan pembangunan akan dimulai.
"Yang sulit di sana itu ada tanah adat. Kedua infrastruktur, kita harus bawa peralatan. Kita biasanya pilih daerah dekat pantai karena transportasi murah dekat laut. Untuk kapannya (mulai pembangunan) nanti lihat hasil survei dan kondisi keuangan dan demand Papua serta Indonesia," pungkasnya. (Angling Adhitya Purbaya/detikNews)
0 komentar:
Post a Comment